Friday, May 30, 2014

Menundukkan Mata dari Dunia

Tekad Malin Kundang sudah bulat. Dia ingin menggapai sukses gemilang di ibukota, Dari anak kampung yang miskin, dia ingin menjadi orang yang berlimpah kekayaan dunia. Tapi sayang, tekad itu membuatnya gelap mata. Dia melupakan temannya, menyingkirkan keluarganya dan tidak mengakui ibunya.

Malin memang sudah mabuk dunia. Dia mungkin tidak mendengarkan wasiat yang pernah disampaikan Yahya bin Mu'adz: "Dunia itu anaknya setan. Siapa yang mabuk karenanya, ia tidak akan sadar kecuali setelah berada di tengah kumpulan orang-orang mati, dalam keadaan menyesal di antara orang-orang yang rugi."

Keindahan dan kemegahan yang ditawarkan dunia memang menggoda. Tapi sesungguhnya keindahan itu tidak lebih baik dari sebuah fatamorgana yang kelak hilang bersama hembusan nafas terakhir manusia. Dia dicari tapi tidak pernah abadi. Dunia hanyalah perhiasan hidup yang dipenuhi dengan tipu daya, kelalaian dan permainan.

Tapi sekali lagi, siapa yang bisa menahan dirinya dari kelezatan harta, tahta dan birahi yang begitu menggoda? Jawabnya, tidak seorang pun bisa.

Materi duniawi memang kerap membuat insan takabbur (sombong) dan membusungkan dada. Kesombongannya ini tidak hanya menumpulkan indra sosialnya (satu indra penting agar orang ringan tangan membantu sesama) tapi juga menggiring hati ke arah kekufuran.

Gejala kejar-kejaran harta dengan beragam modus yang tidak lagi mengindahkan azas kebenaran apalagi kebaikan. Saat harga minyak mentah melonjak naik, segelintir pekerja minyak/BBM dan orang Indonesia lain menyelundupkan bahan bakar ini dengan cara-cara yang keji. Di saat harga sembako melangit para pengusaha lebih senang menimbunnya, berharap keuntungan yang berlimpah. Sungguh suatu upaya yang penuh tipu daya, kelalaian dan permainan.

Di era yang serba tidak menentu ini, tidak ada kebaikan yang bisa diraih dengan mudah. Ketika mengejar kebaikan dunia, manusia dihadang oleh kemegahan dan keindahannya sehingga orang kaya menjadi bakhil, orang pintar menjadi sesat dan orang berkuasa menjadi lalim.

Apalagi dengan kebaikan akhirat. Surga akhirat yang tidak pernah terbayang oleh akal itu, sering dianggap mimpi yang sia-sia. Orang-orang pun berusaha menghapus mimpi itu dari memori otaknya dan memfokuskan diri dalam meraih surga dunia.

Tuesday, February 11, 2014

Adaptasi

Salah satu kelebihan manusia dari makhluk Allah SWT lainnya selain akal adalah kemampuannya beradaptasi. Kemampuan ini membuat manusia mampu survive: Adaptasi bisa dilakukan dengan baik, justru karena kemampuan memahami lingkungan, karena kemampuan akalnya untuk menyelaraskan diri.

Hewan, betapapun besar tubuhnya tetap dibatasi oleh kemampuannya. Dinosaurus musnah karena tidak mampu beradaptasi dengan perubahan lingkungannya. Unta yang berjuluk "Bahtera padang pasir"., jika masuk 'kebun binatang di Indonesia harus disesuaikan alamnya. Demikian pula penguin dan hewan kutub lainnya.Kalau tidak beradaptasi , mereka akan segera punah..

Adaptasi, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), edisi kedua, terbitan Balai ,Pustaka, mempunyai arti "Penyesuaian terhadap lingkungan, pekerjaan dan pelajaran. Adaptasi kebudayaan berarti, "perubahan dalam unsur-unsur kebudayaan yang menyebabkan unsur-unsur itu dapat berfungsi lebih baik bagi manusia yang mendukungnya."

Sementara itu, adaptasi sosial berarti "Proses perubahan dan akibatnya pada seseorang dalam suatu kelompok social sehingga orang itu dapat hidup atau berfungsi lebih baik di lingkungannya.." Beradaptasi adalah menyesuaikan diri, dalam hal ini KKBI menulis kalimat contohnya; manusia adalah makhiuk yang paling mampu menyesuaikan diri terhadap lingkungannya.

Dengan kemampuannya, manusia membuat jaket, pakaian hangat, sepatu dan tongkat, sehingga mampu menaklukkan gunung es. Dengan kemampuan akalnya, manusia bisa menembus jauh ke dasar lauatan. Tapi coba lihat, hewan kutub yang dipindahkan ke kebun binatang, dari tahun ke tahun tetap saja harus disesuaikan alamnya. Dia sangat bergantung

Dengan iklim itu. Kemampuan memahami lingkungan memang menentukan survive tidaknya individu bersangkutan. Salah memetakan, bisa tersesat. Apa jadinya jika ada orang yang mengira hidup di kutub, Padahal dia berada di gurun?" .

Batas Kesabaran

Orang bilang, "sabar ada batasnya", "habis kesabaranku", "sesabar-sabarnya orang, akhirnya tak tahan juga". Kalimat ini sering diucapkan orang untuk menunjukkan kemarahannya karena sudah tidak bisa bersabar lagi. Dimanakah sebenarnya batas habis kesabaran yang dibenarkan dalam Islam? Ataukah yang demikian itu dibenarkan dalam Islam.

Saat Rasulullah SAW. marah mendapatkan kekeliruan besar yang dilakukan oleh sebagian sahabat, apakah berarti beliau telah kehabisan kesabarannya? Tentu saja tidak. Begitu pula ketika beliau harus bangkit melakukan perlawanan terhadap musuh atas izin dan perintah Allah SWT. Justru hal itu merupakan salah saru bentuk pendidikan kesabaran yang paling bernilal

Bersabar untuk marah, atau marah dalam kesabaran adalah perkara yang tidak mudah. Umumnya orang marah karena memperturutkan hawa nafsu. Tetapi tidak demikian dengan yang dilakukan Nabi SAW dan yang beliau perintahkan kepada umatnya, Itulah yang disebut marah karena Allah, bukan karena memperturutkan hawa nafsu. Marah demikian adalah beban yang hanya akan terlaksana jika dilakukan dengan sabar.

Seorang muslim yang tidak lagi marah melihat kemusyrikan, dan kemaksiatan merajalela di muka bumi, sedikimya merupakan orang yang tidak punya kecemburuan terhadap Islam. Dan ia termasuk orang yang tidak memiliki kesabaran untuk marah terhadap kemunkaran tersebut.

Sabar sesungguhnya merupakan salah satu ajaran Islam yang agung, tetapi berat. Apapun bentuknya, baik bersabar untuk marah, bersabar menahan amarah, bersabar untuk selalu istiqamah menapaki ajaran Islam sesuai dengan sunnah Nabi SAW. dan para sahabat, bersabar untuk tidak tergesa-gesa, bersabar untuk tidak menyimpang, bersabar untuk menjauhi larangan , maupun bersabar untuk menerima musibah dari Allah. Semuanya merupakan perkara yang berat.

Itulah sebabnya, orang-orang yang sabar pasti selalu disertai Allah. Firman-Nya: "Dan bersabarlah, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar." (QS. Al-Anfal:40) Sabar memang mempunyai kedudukan yang tinggi dalam Islam. Yang jelas, sabar dalam Islam tidak terbatas. Simpul yang harus kita ikatkan pada diri setiap muslim bahwa batas kesabaran itu tidaklah bertepi.(afa)

Tuesday, February 4, 2014

WAKTU

Sejarah tak selamanya harus kisah-kisah besar, heroik dan mengagumkan. Bisa saja hanya sejarah lokal, yang beredar di antara penduduk sebuah kota kecil. Bisa pula sejarah yang lebih kecil, yang cukup dikenang untuk anak cucu di kemudian hari. Tapi sungguh, mencipta sejarah harus dipikirkan.

Hidup bukanlah rangkaian waktu yang terjadi begitu saja. Dari tiada, lalu lahir, besar, tua, dan hilang, Sungguh, tak seperti itu yang terjadi sebenarnya. Kita akan ditanyatentangwaktu-waktu yang telah berlalu dalam bidup ini. Ditanya oleh yang punya waktu , kemana saja waktu dihabiskan dan pergi.


Waktu adalah pedang, begitu kata pepatah Arab. Tapi sekali lagi, meski waktu adalah pedang, tak pernah kita punya perasaan bahwa sewaktu-waktu kitabisaterpenggal. Kita masih banyak menjalani waktu tanpa rencana. Kita masih banyak menjalani waktu tanpa rencana. Kita masih menghabiskan waktu tanpa kesadaran mencipta sejarah. Kita menjalani waktu seolah, kita lahir, besar, lalu tua dan mati, hilang tanpa dituntut pertanggungjawaban.

Waktu akan terus mengapung dalam ruang hidup, meminta jawab dan selalu mengajukan pertanyaan. Sungguh, kita tak diajarkan untuk menjalani hidup apa adanya. Rasul merancang hidupnya. Rasul merancang dakwahnya. Rasul merancang sejarahnya. Begitu juga dengan sahabat dan uswah teladan lainnya. Hidup mereka tidak mengalir begitu saja. Mereka memikirkan, apa yang akan terjadi pada waktu yang akan datang dan peran apa yang harus mereka mainkan.

Peranan dalam sejarah harus kita tentukan. Kita tak bisa lagi membiarkan waktu berlalu tanpa peran dan jejak-jejak kaki kita mencipta sejarah. Tentu saja sejarah yang cemerlang, yang diingat dan dituturkan dengan bangga atau riang. Bukan sejarah yang diceritakan dengan mengenang segala keburukan.

Dan untuk itu, hanya ada satu cara membangunnya. Seperti kataNabi, kita harus menjadikan tahun ini lebih baik dari tahun kemarin. Bulan ini harus lebih baik dari bulan kemarin. Hari ini harus lebih cemerlang dari hari kemarin. Jika tidak, bukan saja kita telah hidup dengan sia-sia, tapi kita juga telah dirajam oleh waktu. Dipenggal berkali-kali oleh pedang yang selalu siap mengancam.

Wednesday, January 8, 2014

TAHUN BARU MASEHI

Apakah kalian tahu Sejarah TAhun Baru Masehi yang baru saja dirayakan orang diseluruh Dunia yang menghabiskan dana tidak sedikit ? terkadang ,kita juga ikut-ikutan merayakannya .... ok berikut sekilas ceritanya :

“Penguasa Romawi Julius Caesar menetapkan 1 Januari sebagai hari permulaan tahun baru semenjak abad ke 46 SM. Orang Romawi mempersembahkan hari ini (1 Januari) kepada Janus, dewa segala gerbang, pintu-pintu, dan permulaan (waktu). Bulan Januari diambil dari nama Janus sendiri, yaitu dewa yang memiliki dua wajah – sebuah wajahnya menghadap ke (masa) depan dan sebuahnya lagi menghadap ke (masa) lalu.”,

Perayaan Tahun di beberapa Negara terkait dengan Ritual Keagamaan

Tradisi perayaan tahun baru di beberapa negara terkait dengan ritual keagamaan atau kepercayaan mereka—yang tentu saja sangat bertentangan dengan Islam. Contohnya di Brazil. Pada tengah malam setiap tanggal 1 Januari, orang-orang Brazil berbondong-bondong menuju pantai dengan pakaian putih bersih. Mereka menaburkan bunga di laut, mengubur mangga, pepaya dan semangka di pasir pantai sebagai tanda penghormatan terhadap sang dewa Lemanja—Dewa laut yang terkenal dalam legenda negara Brazil.

Kalau orang Jerman, jika mereka makan sisa hidangan pesta perayaan New Year’s Eve di tanggal 1 Januari, mereka percaya tidak akan kekurangan pangan selama setahun penuh. Bagi orang kristen yang mayoritas menghuni belahan benua Eropa , tahun baru masehi dikaitkan dengan kelahiran Yesus Kristus atau Isa al-Masih, sehingga agama Kristen sering disebut agama Masehi. Masa sebelum Yesus lahir pun disebut tahun Sebelum Masehi (SM) dan sesudah Yesus lahir disebut tahun Masehi.

Bagi orang Persia yang beragama Majūsî (penyembah api), menjadikan tanggal 1 Januari sebagai hari raya mereka yang dikenal dengan hari Nairuz atau Nurus. Penyebab mereka menjadikan hari tersebut sebagai hari raya adalah, ketika Raja mereka, ‘Tumarat’ wafat, ia digantikan oleh seorang yang bernama ‘Jamsyad’, yang ketika dia naik tahta ia merubah namanya menjadi ‘Nairuz’ pada awal tahun. ‘Nairuz’ sendiri berarti tahun baru. Kaum Majūsî juga meyakini, bahwa pada tahun baru itulah, Tuhan menciptakan cahaya sehingga memiliki kedudukan tinggi.

Bagaimana sikap kita? Setelah kita mengetahui bahwa tradisi Perayaan 1 januari merupakan Perayaan yang terkait dengan ritual keagamaan dan budaya dari kufar ,dan adanya larangan untuk menyerupai sebuah kaum. maka sebaiknya kita tidak perlu ikut ikutan merayakannya apalagi meniru budaya dari kaum kufar.

Ingat Firman Allah yang artinya :
" Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan"

Tuesday, November 5, 2013

HIJRAH : TOLOK UKUR KEIMANAN

Menyambut Tahun Baru Islam 1435 H admin Ingat Allah ingin mengurai kembali masalah Tahun baru Islam ini... an apa saja perjuangan Nabi Muhammad SAW dan para sahabatnya. berikut Oleh: Ust. Drs. Misbah Lc.

Telah terbit bulan purnama. Cahayanya menerangi kita dari celah bebukitan. Wajiblah kita bersyukur atas ajakannya kepada Allah. Wahai orangyang diutus kepada kami. 
Kau datang membawa perintah yang ditaati.

Syair yang mengharukan itu menyambut kedatangan ' Rasulullah SAW. danAbuBakar ketika keduanya tiba di Madinah. Penduduk kota ini memenuhi jalan yang dilalui Rasulullah SAW sambil mendendangkan syair suka cita atas kehadiran manusia agung yang mereka tunggu sejak lama itu.

Sementara takbir membahana, menandai terbentuknya sebuah masyarakat di atas pondasi tauhid yang kokoh. Pilar-pilar cinta kasih dan persaudaraan menjadi penyangga utama pembangunan Madinah al-Munawarah (Negara peradaban yang berlimpah cahaya indah)

Begitu lama keutuhan wilayah ini terkoyak oleh ashabiyah (fanatisme golongan). Kabilah Aus dan Khazraj telah lelah saling membunuh demi kebanggaan sempit dan tak jelas juntrungannya.

Perjalanan kaum Muhajirin dari Mekkah ke Madinah bukan sesuatu yang menyenangkan. Hampir sepuluh hari lamanya mereka mengarungi padang pasir di.bawah sengatan matahari. Bebukitan batu yang membara dan lembah-lembah yang dihuni suku-suku primitif mereka linntasi. Karena belum mengenal hokum tak jarang suku-suku tersebut merampas harta benda para musafir yang melewati wilayahnya.

Kaum Muhajirin bukannnya tak peduli dengan tanah kelahiran, keluarga dan kaum kerabat. Tapi mereka rela meninggalkan semua itu demi mempertahankan aqidah. Meski untuk itu mereka juga harus meninggalkan harta benda yang teiah mereka kumpulkan dengan susah payah.

Abu Bakar Shiddiq misalnya. Saat mengawal Rasulullah SAW, ia hanya membawa 5000 dinar. Tak ada harta tersisa untuk keluarganya yang masih tinggal di Mekkah, Hampir seiuruh hasil perdagangannya ia infakkan untuk keperluan dakwah dan rnemetdekakan hamba sahaya yang telah beriman.

TEGAR DALAM DAKWAH

Oleh : KH.Thabrani

Wahai Paman. Demi Allah, andai saja mereka menaruh matahari di tangan kananku dan rembulan di tangan kiriku, agar aku meninggalkan pekerjaan (dakwah) ini, tiadalah aku hendak meninggalkannya, sampai aku berhasil, atau tewas dalam menunaikannya. 
(KarakteristikPerihidup 60 sahabat Rasulullah SAW, hal.29)

Demikian Rasulullah SAW menyatakan sikapnya ketika Abu Thalib menyampaikan tawaran kaum kafir Quraisy agar Rasulullah SAW meninggalkan dakwahnya. Abu Thalib sangat disegani di kaiangan kafir Quraisy. Karena itu, mereka merasa upaya melobi Abu Thalib agar melaraag Muhammad berdakwah lagi adalah langkah yang tepat.

Alangkah sedihnya Rasuiullah SAW. Temyata, orang yang selama ini selalu melindunginya, Abu Thalib tak bersedia atau tak mampu lagi menghadapi tekanan kaum kafir Quraisy. Tapi semangat Rasuiullah SAW untuk terus berjuang di jalan Allah SWT tidak pernah surut. Rasulullah SAW tetap akan meleburkan dirinya dalam dakwah walaupun seluruh makluk di jagad ini tidak suka.

Maka bujukan sang paman sedikitpun tidak menggoyahkan imannya. Rasul sangat yakin, kendatipun pamannya tidak mau lagi melindunginya, maka Allah SWT pasti akan melindunginya Karena Allah pasti akan menolong orang-orang yang menolong agama-Nya. (lihat QS.47:7) Dakwah adalah perjalanan panjang dan tak akan berhenti selama masih ada kehidupan di muka bumi ini. Dakwah Rasul diteruskan oleh para sahabat, para tabiin dan tabi'it-tabi'in, bahkan sampai detik ini. Jalan inilah yang senantiasa didambakan oleh orang-orang yang memproklamirkan dirinya berimaii. Jalan Allah SWT dan Rasul-Nya. Jalan yang mengantarkan para pengikutnya kepada surga yang indah.

Karena jalan inilah, Rasulullah SAW dan para sahabatnya rela meninggalkan negeri tercinta (Makkah) yang mayoritas penduduknya ajaran yang dibawanya. Hijrahlah Rasul dan para sahabatnya dari Makkah ke kota Madinah . Mereka meninggalkan Makkah bukanlah berarti tidak mencintai Makkah, ini tercermin dari ungkapan kerinduan Rasul:"O, Makkah, engkaulah negeri yang aku cintai. Andaikan penghunimu tidak mengusirku, tentu aku tidak akan pergi (meninggalkanmu)." Jalan dakwah memang penuh onak dan duri. Penuh dengan tantangan, baik dalam maupun dari luar. Rasulullah SAW mengalami tekanan dan teror bukan hanya dari luar, tapi juga dari keluarganya sendiri.

Abu Jahal dan Lahab, musuh besar Rasulullah SAW adalah pamaa beliau sendiri. Tekanan serapa dialami oleh sahabat beliau. Sebut saja misalnya, Mush'ab bin Umair, Begitu mendengar Muhammad SAW, pemuda tampan ini meninggalkan kemewahannya. Ketika keislamannya diketahui oleh keluarganya, ibunya mogok makan agar Mush'ab iba dan kemball ke agama nenek moyang mereka. Sedangkan anggota keluarga yang lain mengancam akan mengusirnya.