Hanya dalam hitungan tahun, tak sampai abad, Islam, sejak Rasulullah SAW sampai Khalifah Utsman bin Affan, menyebar dengan dasyatnya. Tak hanya ajaran tauhidnya, tapi juga wilayah kekuasaannya.
Seorang ilmuwan muslim pernah melakukan penelitian masalah ini, Prof. Hamidullah, dalam kitabnya yang berjudul 'al-Watha'iq as Siyahsiyya' melacaknya dengan sangat detil. Pada masa Rasulullah SAW, , daerah yang dikuasai Islam tak kurang dari 1 juta mil persegi. Sedangkan Khalifah Abu Bakar ra., menambah perluasan sekitar 200.000 mil persegi. Perluasan besar-besaran terjadi pada masa Khalifah Umar bin Khattab yang menambah wilayah seluas 1.500.000 mil persegi. Sedangkan di masa Khalifah Utsman bin Affan ra., penambahannya sekitar 800.000 mil persegi
Sejarah mencatat, ketika kekuasaan justru begitu besar, Umar bin Khattab justru begitu takut. Bukan takut akan kehilangan kekuasaannya, tapi
takut pada Allah SWT, yang kelak, pasti meminta pertanggung-jawaban setiap manusia. Suatu kali, Umar bin Khattab berkata pada dirinya sendiri, "Aku sungguh begitu takut. Tanah ini begitu luas, dan yang aku takutkan adalah pertanggung jawaban yang tak mampu aku berikan. Bagaimana jika seekor unta tersesat di wilayah ini, sampai ia kelaparan dan mati. Niscaya, Umar akan diminta jawaban di hari nanti", demikian Umar member arti tanggung jawab pada dirinya.
Umar bin Khattab telah memberikan pelajaran berharga pada sejarah. la, tak hanya 'merasa mampu', tapi juga mampu 'merasa'. Kadang banyak dari kita terlalu merasa mampu. Pada satu titik, tentu saja dorongan ini memberikan tenaga positif untuk menghasilkan sebuah karya, sebuah manfaat untuk umat. Tapi, pada banyak peristiwa, terlebih pada sejarah kekuasaan, merasa mampu telah membawa kehancuran yang demikian besar. Tak Hanya kehancuran untuk para pemimpin, tapi juga kehancuran untuk yang dipimpin.
Ketika merasa mampu telah mendorninasi, kepekaan dan kemampuan 'merasa' akan menjadi tumpul, tanggung jawab besar telah dihancurkan. Alih-alih manfaat, justru mudharat yang akan dihasilkan. Tiga kombinasi besar selalu dibutuhkan orang-orang besar. Kemampuan mendengar, kemampuan melihat jauh ke depan serta kemampuan untuk merasakan tanda tanda. Sebuah kepekaan, yang menjaga nurani tetap hidup dan selalu membisikkan kebaikan, juga kebenaran. Dan kita, wajib menjadikan ketiganya sebagai bekal.