Oleh : Ust Drs. H, Ahmad Yani
Setiap manusia pasti memiliki keinginan terhadap sesuatu.
Itulah yang kemudian disebut nafsu. Pada dasarnya, manusia
boleh saja memenuhi segala keinginannya selarha dibenarkan
menurut "rambu-rambu" Allah dan Rasul-Nya. Sayangnya,
begitu banyak di antara mereka yang tak mampu
mengendalikannya.
itulah sebabnya, Islam menghasung umatnya untuk memerangi hawa nafsu. Tujuannya semata-mata untuk mengendalikan, bukan membunuhnya hingga tak memiliki lagi keinginan. Langkah tersebut merupakan sebuah keniscayaan. Sebab mengumbar hawa nafsu akan berakibat fatal. Bukan hanya bagi diri sendiri, tapi juga keluarga dan masyarakat luas.
ia mendorong kita untuk gila harta. Untuk meraihnya, bila perlu menghalalkan segala cara. Atau bisikannya agar manusia gila kekuasaan. Betapa banyak mereka yang terkapar dalam merebut dan mempertahankannya. Allah SWT berfirman, "...Maka janganlah kamu mengikuti hawa nafsu, karena kamu Ingin menyimpang dari kebenaran..."(QS Imran: 135) Mengingat bahayanya, seorang
Di antara sekian banyak petaka muslim mestinya tid'ak terbuai oleh
yang ditimbulkannya, ada empat hal yang sangat berbahaya.
Pertama, menyimpang dari kebenaran. Hawa nafsu senantiasa menghasut manusia untuk menentang aturan Allah. Misalnya, keinginan hawa nafsu yang senantiasa memalingkannya dari kebenaran. Allah berfirman, "Kemudian Kami jadikan kamu berada di atas suatu syari'at (peraturan) dari urusan itu, maka ikutilah syari'at itu dan janganlah kamu ikuti hawa nafsu orang-orang yang tidak mengetahui," (QS al-Jaatsiyah:18)
Kedua, sesat dan menyesatkan. Seorang penghamba hawa nafsu biasanya makin asyik dengan kesesatannya. la tak lagi merasa berdosa, bahkan berusaha membenarkan kesesatannya dengan berbagai dalih. Lebih celaka lagi, ia pun tak mau sendirian dalam kesesatannya sehingga berusaha untuk menyesatkan oranglain. Allah SWTberfirman,"... Dan sesungguhnya kebanyakan (dari manusia) benar-benar hendak menyesatkan (orang lain) dengan hawa nafsu mereka tanpa pengetahuan. Sesungguhnya Tuhanmu, Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang melampaui batas." (QS al-An'am: 119)
Ketiga, melampaui batas. Dalam banyak kasus, orang yang menuruti hawa nafsu menunjukkan sikap yang melampaui batas-batas kewajaran. Misalnya, dalam berpra-sangka. la akan memandang semua yang dilakukan orang lain adalah buruk. Tak ada satu pun kebaikan yang tersisa. Allah SWT berfirman, "Dan janganlah kamu mengikuti orang yang hatinya telah Kami lalaikan untuk mengingat Kami, serta mengikuti hawa nafsu-nya karena segala urusannya suka melampaui batas. "(QSal-Kahfi: 28)
Ayat tersebut turun ketika Uyainah bin Hishnin datang menghadap Nabi saw yang tengah duduk bersama Saiman al-Farisi.
"Jika kami datang, hendaknya orang ini dikeluarkan dan baru kami dipersilahkan masuk," ujar Uyainah. Kemudian Allah mengingatkan Rasul-Nya untuk tidak memenuhi permintaan tersebut. Karena hal itu dianggap sudah melampaui batas. Sikap melampaui batas juga bisa dilihat pada orang yang berlaku boros. Misalnya berlebih-lebihan dalam makan, minum, pakaian, rumah dan kendaraan. Akibatnya, ketika terjadi kesulitan biasanya ia tak mampu bertahan.
Keempat, merusak kehidupan secara fisik dan mental. Kehidupan rumah tangga akan hancur bila orang yang ada di dalamnya selalu menuruti hawa nafsu. Begitu pula sebuah bangsa akan hancur bila penduduknya menjadi para penghamba hawa nafsu. Akibatnya rusaklah tatanan sosial, politik, ekonomi dan seluruh sendi kehidupan lainnya. Rasulullah saw bersabda, "Ada tiga hal yang dapat merusak, yaitu kekikiran yang selalu ditaati, hawa nafsu yang diikuti dan bangga terhadap diri sendiri." (H.R, Bazzar).
Rentetan kehancuran fisiknya dan runtuhnya moralitas manusia hingga lebih hina daripada binatang, akarnya adalah meng-umbar hawa nafsu. Semua itu semestinya membuat manusia sadarakan kelalaiannya. Allah SWT berfirman; "Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia. Supaya Allah merasakan kepada mereka s-bagian dan (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (kejalan yang benar). "(QS al - Mu'min : 41)
Setiap muslim harus mampu mengendalikan hawa nafsunya dengan baik.Keinginan yang baik, boleh kita turuti. Sedangkan keinginan yang buruk meski secara duniawi menjanjikan kesenangan harus diredarn. Di sinilah pentingnya rahmat Allah agar kita mampu menjinakkan hawa nafsu seperti yang dilakukan Nabi Yusuf as. Dengan pertolongan Allah, beliau mampu menghindari segala bujuk rayu dari istri majikannya untuk melakukan maksiat.
Allah SWT berfirman, "Dan aku tidak membebaskan diriku (dari kesalahan), karena sesungguhnya nafsu itu selalu menyuruh kepada kejahatan. Kecuaii nafsu yang diberi rahmat oleh Tuhanku. Sesungguhnya Tuhanku Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." (QS Yusuf: 53)
Agar kita mampu merigendalikan hawa nafsu atau meraih nafsu yang dirahmati Allah SWT, ada beberapa langkah yang harus kita tempuh.
Pertama, membersihkan hati. Hati yang kotor akan memendam sifat-sifat tercela sehingga manusia sulit untuk mengendalikan hawa nafsunya. Karena hatinya kotor ia akan cenderung menuruti apapun yang diinginkannya tanpa batas.
Kedua, mengisi hati dengan selalu berdzikir kepada Allah SWH Kehadiran Allah harus bisa kita rasakan dalam jiwa setiap saat. Karena merasa dekat dengan-Nya maka kita tak akan berani larangan-Nya. Buahnya, jiwa kita menjadi tenang.
Allah SWT berfirman*." "Yaitu orang-orang yang berimafjjdan hati mereka menjadi tentram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah-lah hati menjadi tentram. "(QS al-Ra'd: 28).
Ketiga , menumbuhkan rasa takut kepada Allah. Dengan rasa takut itu kita menjadi orang yang siap mengakui segala bentuk kesa¬lahan. Allah SWT berfirman, "Dan ada pun orang-orang yang takut kepada kebesaran Rabb-nya dan menahan diri dari segala keinginan hawa nafsunya, maka sesungguhnya syurgalah tempat tinggalnya.tt(QS al-Naazi'aat: 40-41)
Keempat, ridha kepada Allah SWT dengan segala keputusanNya. Hal rni akan membuat kita selalu pandai bersyukur dengan apa yang telah diperoleh. Inilah yang menjadi kunci ketenangan jiwa manusia. Allah berfirman, "Hai jiwa yang tenang. Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridhai-Nya, Maka masuklah ke dalam jamaah hamba-hamba-Ku, dan masuklah ke dalam syurga-Ku." (QSal-Fajr: 27-30)
No comments:
Post a Comment